Menemukan

Agustus 2018
Gadis manis itu memasuki aula yang menjadi tempat perkumpulan mahasiswa baru angkatan 2018 dengan senyum mengembang. Dia begitu bersemangat mengikuti kegiatan penerimaan mahasiswa baru ini. Namanya Rere, Renata Vioren Pradiptya lengkapnya, usianya 18 tahun saat ini. Rere mencari tempat duduk yang menurutnya strategis untuk melihat dan memperhatikan Rektor nantinya. Mahasiswa baru jurusan Kedokteran itu terlihat sangat bersemangat mengikuti proses penyambutan tersebut, senyumannya tak pernah luntur. Bagaimana tidak, dia diterima di Universitas yang menjadi impiannya sejak masih di Sekolah Menengah.
Proses penyambutan mahasiswa baru itu berjalan cukup lama, dari pukul 07.00 pagi hingga pukul 15.00 sore namun di ikuti para mahasiswa dengan senang hati.
Tiba di akhir penyambutan, seorang senior berambut gondrong masuk ke dalam aula untuk mengajak mahasiswa baru terlibat aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas. Rupanya dia adalah wakil Ketua BEM Universitas tersebut. Mahasiswa baru wajib mengikuti proses Sosialisasi almamater yang diadakan BEM Universitas. Banyak mahasiswa baru yang mengeluhkan hal tersebut.
“ini mah, sama aja kayak ospek. Kirain di kampus segede gini gak bakal ada ospek, eh taunya malah wajib.” ucap seorang gadis yang duduk di dekat Rere. Jika dilihat dari papan namanya sepertinya mereka satu Fakultas. Rere tersenyum kearahnya dan mengenalkan diri “hai, Aku Rere dari Fakultas Kedokteran, kamu?” gadis itu sempat tertegun sebentar dan kemudian membalas uluran tangan Rere “Aku Nina, kita satu Fakultas” balas Nina sambil tersenyum. “Wah akhirnya ketemu temen se-Fakultas. Kamu jurusan apa? Psikologi atau Kedokteran?” Semangat Rere bertanya “Aku kedokteran, kalau kamu?” “wah seru banget, kita satu jurusan.” Ucap Rere tambah semangat “asik dong, akhirnya bisa ketemu temen se Jurusan, minta kontak kamu dong buat kabar-kabaran lagi?” “boleh-boleh, ini nomor Whatsapp aku.”
Mei 2019
Masa-masa perkuliahan sebagai mahasiswi kedokteran yang sibuk selama 2 semester, akhirnya membawa Rere ke liburan akhir semester. Tak terasa sebentar lagi mereka akan memasuki semester 3, menjadi kakak bagi mahasiswa baru dan lain sebagainya. Selama dua semester ini Rere cukup aktif di BEM Fakultas maupun Universitas. Semua dia jalankan dengan perasaan yang gembira, apalagi Rere menemukan tambatan hati. Seorang mahasiswa Teknik, yang merupakan ketua BEM Universitasnya, Alfado Wijaya. Rere gadis yang cantik dan cerdas, wajar saja jika dia menjadi idola dikalangan teman seangkatan maupun kakak seniornya. Alfado sendiri kuliah di jurusan Teknik Sipil angkatan 2015. Dia terpilih sebagai ketua BEM Universitas pada musyawarah besar yang diadakan akhir Maret lalu. 
Rere terpaku ketika melihat ada pesan masuk di ponselnya yang berasal dari Mama nya. Sudah hampir setahun Rere tidak pulang ke rumah Mama nya di Jakarta. Ya, dia tinggal sendiri di Kota Pendidikan itu, menyewa sebuah kamar apartement untuk dia tempati. Kota itu adalah tempat tinggalnya sewaktu masih kecil dulu, saat Papa dan Mama nya belum berpisah, saat dia masih sering bermain bersama kakaknya, Rakana Pradiptya. Itulah alasan mengapa dia begitu bahagia ketika kembali lagi ke Kota ini. Kota penuh kenangan masa kecilnya. 
Ini sudah memasuki liburan dan Mama nya meminta dia untuk pulang ke Jakarta, tapi Rere sepertinya enggan. Dia ingin mencari kepingan masa kecilnya yang hilang di kota ini. Ketika masa perkuliahan aktif, dia tak punya waktu untuk mencari karena disibukkan kegiatan kuliah dan organisasinya. Sekarang adalah waktu yang tepat untuk Rere mencari. 
Tiba-tiba ponsel Rere berbunyi, ada telpon masuk dari Nina.
“ Halo, kenapa Nin?” jawab Rere
“ Re, bisa temenin aku gak ?” balas Nina diseberang
“ Temenin kemana neng?”
“Aku mau ketemu sama senior Teknik 2014, mau ngembaliin jaket dia yang kemarin aku pinjem”
 “Lah, kok bisa jaket orang ada di kamu?”
“Ceritanya panjang, sekarang kamu siap-siap aku jemput di apartement 30 menit lagi.” Perintah Nina
“Yaudah buruan, Aku tunggu”
“Oke”
Tit...
Rupanya perkenalan singkat mereka di Aula Kampus waktu itu membawa mereka ke sebuah hubungan persahabatan yang akrab. Mereka sangat dekat, berbagi suka dan duka selama menjadi mahasiswa, apalagi mereka satu jurusan.
Rere pun bersiap-siap untuk menemani Nina. Tak berapa lama pun Nina akhirnya sampai. Mereka akhirnya berangkat menggunakan mobil Nina menuju sebuah rumah di salah satu kompleks di Kota itu. Rumah bergaya minimalis itu terlihat sejuk dari depan, banyak bunga dan pepohonan yang ditanam dan nampaknya di rawat dengan baik oleh pemilik rumah itu. 
Nina memasukkan mobilnya kedalam rumah saat seorang satpam ternyata membukakan pagar untuk mereka, rupanya mereka sudah ditunggu sang pemilik rumah.
“Re, aku udah cantik belum?” tanya Nina terlihat gugup
“Cantik kok, emangnya kenapa sih kamu kayak cacing kepanasan gitu?” tanya Rere balik
“Ini tuh rumah kak Zion, kamu tau kan kalo aku suka banget sama dia?”
“Ya ampun kamu segitunya, santai aja Nin, kak Zion gak bakalan makan kamu kok” ujar Rere sambil bercanda, membuat Nina semakin gugup.
“Kamu mah gitu, mentang-mentang udah taken sama Kak Fado jadi gangguin aku terus. Dulu aja waktu PDKT gak beda jauh kayak aku gini” cemberut Nina
“Hahahahahaha iya iya, gak lagi deh, santai aja jangan gugup gitu” jawab Rere sambil menahan tawa.
Keduanya lalu masuk kedalam rumah setelah bertemu dengan asisten rumah tangga di rumah itu..
“Hai kak” sapa Nina malu-malu
“Eh hai, silahkan duduk” balas Zion sambil tersenyum
“Maaf yah kak aku lama balikin jaket kakak” sesal Nina pada Zion sambil memberikan paper bag yang berisi jaket Zion 
“Nggak apa-apa kok. Kalian tadi kesini gak nyasar kan?” tanya Zion
“Enggak kok kak, kita tadi gak nyasar. Arah rumah kakak gak susah kok”
“Syukur deh kalo gitu”
Tak lama datang asisten rumah tangga Zion membawa minuman beserta makanan ringan untuk mereka bertiga.
“Silahkan diminum” tawar Zion pada keduanya
“Iya kak” kompak Rere dan Nina lalu meminum minuman mereka.
“Oh iya kamu pacarnya Fado kan? Siapa namanya?” tanya Zion ke Rere
“Hehe iya kak, aku Rere” jawab Rere sambil tersenyum
“Oh iya kak, kakak tinggal sendiri disini?” tanya Nina pada Zion
“Aku tinggal sama Papa, tapi sekarang Papa masih sibuk di Kantor yah jadi sendiri deh dirumah” jawab Zion.
“Emang mamanya kakak kemana?” tanya Nina lagi
“Papa sama Mama udah pisah dari aku masih kecil. Mama sekarang tinggal di kota lain sama Adik aku” jawab Zion dengan senyuman yang terlihat dipaksakan.
“Maaf yah kak, aku gak maksud” Nina menyesal telah bertanya seperti itu. Karakter Nina dan Rere agak mirip, hanya saja Nina orangnya lebih ceplas-ceplos dibandingkan dengan Rere.
Rere tertegun mendengar penuturan Zion. Kenapa kisahnya mirip dengannya? Apakah jangan-jangan Zion ini kakaknya? Tapi kakaknya bernama Raka bukan Zion? Pertanyaan-pertanyaan muncul di benak Rere, siapakah sebenarnya Zion ini? Dia harus mencari tahu.
Sepulang dari rumah Zion, Rere menghubungi Pacarnya, Alfado. 
“Halo sayang, kamu bisa ke apartement aku sekarang gak?” tanya Rere pada Fado.
“Bisa, kenapa sayang?” jawab Fado dengan kebingungan.
“Nanti aku cerita disini oke.”
“Yaudah aku kesana sekarang” 
Tak berselang lama, Fado pun sampai di apartement Rere dengan tanda tanya dikepalanya. 
Rere pun menceritakan pasal kecurigaannya tentang Zion yang merupakan Kakak yang selama ini dia cari. Fado mendengarkan dengan saksama cerita Rere.
Mereka selalu seperti ini, berbagi kisah dan keluh kesah mereka.
Fado menghela napas setelah mendengar cerita Rere.
“Kamu mau aku bantuin?” tawar Fado pada Rere dan hanya di balas anggukan.
“Kamu mau tau gak nama panjang Kak Zion siapa?” tanya Alfado 
“Siapa?” tanya Rere kebingungan
“Namanya Rakana Zion Pradiptya. Dia dulu ketua BEM sebelum aku dan aku banyak banget belajar dari dia. Dia punya adik cewek yang terpisah waktu dia masih 9 tahun. Aku tau cerita dia udah lama. Waktu pertama kenal kamu dan tau kalau nama belakang kamu Pradiptya, aku pikir itu cuma kebetulan, tapi setelah denger cerita kamu soal keluarga kamu tadi, Aku jadi berpikir kalau Zion itu sebenarnya Kakak yang kamu cari selama ini.” Jelas Fado panjang kepada Rere.
Setelah mendengar penjelasan Fado, Rere tak dapat menahan tangisnya. Dia memikirkan semua hal yang telah dia lalui bersama Kakaknya dulu. Dia tak tahu harus melalukan apa. Perasaannya bercampur aduk.
Fado kemudian menawarkan bantuan untuk mengatur pertemuan antara Rere dan Zion di sebuah Kafe dan Rere tak bisa menolaknya. Ini kesempatannya untuk bertemu dengan Zion dan menjelaskan perihal mereka yang ternyata saudara yang terpisah selama ini.
Setelah menunggu berhari-hari untuk bertemu dengan Zion, akhirnya waktu yang Rere tunggu pun tiba. Mereka janjian bertemu di sebuah Kafe di Kota itu. 
Rere dan Fado tiba lebih dulu di Kafe itu. Dia terlihat gugup. Fado yang menyadari kegugupan Rere berusaha menenangkannya. Tak lama kemudian Zion muncul dari balik pintu Kafe, Rere yang menyadari kehadiran Zion pun berdiri dan memperhatikan.
“Hai, kalian udah lama yah  nunggu nya? Sorry yah tadi aku ke kantor Papa dulu anterin berkas nya yang ketinggalan” sesal Zion pada mereka,
“Gak apa-apa kok Kak, kita juga belum lama disini” jawab Fada memaklumi
“Oh iya, ada apa kalian minta ketemuan disini?” tanya Zion bingung
“Sebenarnya ada yang mau diomongin Rere ke Kakak, empat mata. Aku cuma nemenin Rere kesini buat ketemu Kak Zion” jelas Fado
Setelah mengatakan hal tersebut, Fado pun meninggalkan Rere dan Zion untuk berbicara berdua. Zion yang melihat hal tersebut makin bingung dibuatnya.
Setelah hening beberapa lama, akhirnya Rere berani membuka suaranya. Dia berdehem untuk mengurangi rasa gugupnya. Ketakutan akan dilupakan oleh Kakaknya sedang menguasai pikirannya saat ini.
“Maaf Kak kalau Aku ngebuat Kakak jadi bingung dengan situasi ini. Sebenarnya ada yang mau Aku jelaskan ke Kak Zion” dia menarik napasnya dalam
Zion terlihat menunggu kalimat Rere selanjutnya dengan raut bingung.
“Sebelumnya Aku mau cerita. Dulu waktu masih kecil Aku tinggal disini sampai usia Aku 5 tahun. Aku lahir dari keluarga yang menyayangi Aku. Aku punya seorang Kakak laki-laki yang sayang banget sama Aku. Mama Papa ku hidup rukun walau mereka tak saling cinta. Mereka dijodohkan.  Lama hidup bersama, mereka akhirnya memutuskan untuk berpisah. Waktu itu kami terlalu kecil untuk mengerti semua itu, Aku masih 5 tahun dan Kakak ku 9 tahun. Perpisahan itu tak hanya memisahkan kedua Orang Tua ku tetapi juga Aku dan Kakak ku. Aku di bawa Mama ke Jakarta dan Kakak ku tetap tinggal disini bersama Papa. Kami hidup terpisah tanpa komunikasi sama sekali hingga saat ini. Aku kehilangan sosok Kakak yang sangat menyayangiku. Hingga akhirnya Aku memutuskan untuk kuliah di Kota ini dengan harapan Aku dapat menemukan kembali Kakak dan Papa ku yang dulu terpisah.” Setelah mengatakan demikian Rere meneteskan airmatanya dengan perasaan lega. 
Zion yang mendengar hal tersebut terpaku, dia bingung harus bereaksi apa. Ini terlalu kebetulan baginya.
Karena tak mendapat respon Zion, Rere pun akhirnya bersuara.
“Nama panjang Aku Renata Vioren Pradiptya dan nama Kakak ku...” 
“Rakana Zion Pradiptya” potong Zion ke Rere
Rere tersenyum terharu mendengar ucapan Zion. 
Zion berdiri dan memeluk Rere dengan perasaan haru dan bahagia setelah menyebutkan namanya.
Ini benar-benar kebetulan yang mengharukan. Tak ada kata yang mampu dia ucapkan saat ini, dia terlalu bahagia. Kakaknya yang selama ini dia cari dan tunggu kehadirannya akhirnya kembali dipertemukan dengannya. Mereka yang dulunya terpisah akhirnya saling menemukan kembali.
Perpisahan adalah sebuah jalan yang diberikan Tuhan kepada umat yang dicintai-Nya untuk saling menemukan kembali.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEREMPUAN DALAM BELENGGU BUDAYA

KEHORMATAN

Perempuan Tanpa Belenggu