Si Penipu Kecil



Ketika pertama kali ditugaskan untuk menuliskan tentang seseorang yang menarik, aku sempat merasa ragu akan apa yang ingin kutuliskan. Menurutku semua orang menarik. Setiap orang punya daya tarik tersendiri yang tidak dimiliki orang lain. Lama berpikir, akupun menemukan tentang apa yang akan kutuliskan. Sebut saja dia Sinta, gadis manis yang sangat dewasa. Sinta seorang mahasiswa semester 4 di salah satu Universitas ternama di Makassar. Sinta banyak disukai oleh teman-temannya di Kampus karena kepribadiannya yang ramah serta sangat dewasa dalam menanggapi suatu keadaan. Dia banyak menghabiskan waktunya mengikuti kegiatan di kampus dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan. Dia sangat anti terhadap membuang-buang waktu untuk hal yang tidak berguna. Setiap harinya dihabiskan dengan bergaul dan menambah wawasan bersama teman-temannya.
Sinta orang yang sangat senang berbagi dengan orang lain, dia tidak akan ragu mengeluarkan uang banyak demi membuat teman-temannya bahagia. Tentu saja dia berasal dari keluarga berada, uang bukanlah hal yang sulit. Satu hal lagi yang membuatku merasa kagum terhadap Sinta, dia tidak pernah meninggalkan ibadah dalam Agamanya. Apapun yang sedang dia kerjakan akan ditinggalkannya ketika sudah waktunya ibadah. Dia juga orang yang sangat taat terhadap aturan sehingga akan sangat sulit bagi orang lain untuk menemukan cela dalam diri Sinta, dia sangat sempurna.
Suatu hari aku sedang duduk terdiam dikamarku sambil memainkan ponselku. Aku menjelajahi semua media sosial yang aku miliki, ketika sedang asyik berselancar aku menemukan sebuah postingan mengenai penipuan tiket konser penyanyi yang dilakukan oleh seorang remaja perempuan. Karena merasa penasaran akupun membukanya. Kubaca satu-persatu postingan mengenai penipuan tersebut dan betapa terkejutnya aku ketika menemukan nama Sinta tercantum dalam bukti transfer yang dibagikan oleh orang yang tertipu tersebut. Merasa belum puas hanya dengan membaca nama Sinta, akupun semakin mencari tahu tentang penipuan tersebut. Semakin kutelusuri semakin aku dibuat terkejut olehnya, aku menemukan foto Sinta dibagikan oleh korban penipuan tersebut, foto itu di ambil tepat di depan fakultas di kampus kami.
Aku sangat terkejut dan merasa tidak percaya terhadap apa yang baru saja aku baca. Sinta si gadis ramah dan baik hati, dia yang selama ini suka berbagi dengan orang lain adalah orang menjadi penipu tiket konser. Yang membuatku lebih terkejut lagi adalah dia sudah menipu sejak masih duduk di bangku SMA dan korbannya sudah sangat banyak. Uang yang dikeluarkan oleh korban juga bukan uang yang sedikit. Satu orang korban rata-rata mengeluarkan uang satu juta,  jika dikalikan dengan banyaknya korban tipuan Sinta, sudah sangat banyak uang yang dia dapatkan dari hasil menipu. 
Dunia sungguh tak bisa dipercaya, orang yang begitu kukagumi adalah seorang penipu.  Sinta yang kutau sangat taat aturan dan religius adalah dalang dari penipuan tiket konser. Dalam benak aku berpikir, pantas saja selama ini dia sangat suka mentraktir orang lain, rupanya uang yang dipakai adalah uang hasil menipu. Tapi yang membuatku bertanya-tanya hingga sekarang adalah, bukankah Sinta berasal dari keluarga mampu ? Lalu untuk apa dia sampai melakukan hal memalukan seperti itu?
Aku bahkan pernah berkunjung kerumahnya dan melihat betapa luas dan megahnya rumah Sinta. Rumahnya bahkan memiliki asisten rumah tangga tapi dia masih melakukan hal yang bertentangan dengan ajaran Agamanya. Apakah sebegitu besarnya persaingan dan kebutuhan duniawi sampai seseorang seperti Sinta mau melakukan hal bodoh seperti itu? Yang membuat aku lebih terkejut lagi adalah korban penipuan Sinta sudah melaporkan Sinta kepada pihak berwajib dan melaporkan rekening Sinta ke Bank yang bersangkutan. Aku bingung harus melakukan apa, ingin kuberitahu kawan-kawanku yang lain tapi aku merasa kasihan kepada Sinta.
Keesokan harinya aku bertemu dengan Sinta di Kampus, dia menyapaku seperti biasa tapi aku tak bisa membalas sapaannya, masih terbayang dengan jelas dikepalaku wajah Sinta yang dibagikan korban penipuan itu. Aku ingin bersikap biasa saja tapi aku merasa canggung terhadap Sinta dan merasa berdosa terhadap korban karena diam saja ketika mengetahui hal tersebut. Terkadang tidak mengetahui suatu hal lebih baik daripada mengetahui suatu hal tapi tidak bisa melakukan apapun dan menjadikan hal tersebut suatu beban dalam hidup.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEREMPUAN DALAM BELENGGU BUDAYA

KEHORMATAN

Perempuan Tanpa Belenggu