KEHORMATAN



Sore itu Rina duduk di beranda kos nya bersama kekasihnya yang bernama Bendi. Bendi sering berkunjung ke kos Rina saat pulang kerja ataupun saat akhir pekan. Mereka duduk berdua sambil menikmati keheningan yang tercipta.
Tak tahan dengan keheningan itu Rina akhirnya memulai pembicaraan.
"Kamu kenapa diam terus? Gak seperti biasanya." Tanya Rina penuh selidik.
Sore itu Bendi datang dengan wajah yang tak bersahabat seperti biasanya, dia lebih banyak diam dan seperti memikirkan sesuatu yang berat. 
Dia akhirnya mengungkapkan apa yang ada dipikirannya setelah di paksa Rina terus menerus. 
"Ibuku tak merestui hubungan kita"
Rina kaget mendengar penuturan Bendi
"Memangnya apa yang salah denganku?" 
Rina bingung, sebelumnya dia pernah bertemu Ibu Bendi dan ibunya tidak menunjukkan tanda-tanda ketidaksukaan terhadap Rina, dia sangat ramah.
"Ibuku gak mau aku berhubungan dengan perempuan hasil hubungan gelap, apalagi ibuku tau bahwa kamu sering tidur denganku, katanya kamu bukan perempuan baik-baik" ucap Bendi penuh dengan ragu-ragu.
Rina bungkam beberapa saat ketika mendengar penjelasan Bendi, tapi akhirnya dia pun bersuara.
"Apakah salahku jika aku dilahirkan dari seorang ibu yang merupakan seorang selingkuhan? Apakah salahku jika aku harus lahir dari keluarga yang sebenarnya tidak menginginkan kehadiran ku? Dan apakah salahku jika menyerahkan keperawananku kerena bujuk rayu cinta?"
"Aku memang bukan dari keluarga yang baik-baik tapi bukan berarti sikapku juga akan buruk. Aku memang sudah kehilangan keperawananku tapi bukan berarti aku kehilangan kehormatanku. Aku tak mungkin menyerahkan harta yang paling kujaga jika bukan karena bujuk rayumu. Kamu yang memulai semua hubungan gila ini, kamu yang menjerumuskan aku kedalamnya. Lalu kenapa hanya aku yang salah dalam hal ini? Tak bisakah ibu mu berpikir untuk mendidikmu menjadi laki-laki yang lebih bertanggung jawab atas perbuatannya? Tak bisakah kamu menjadi laki-laki yang lebih bertanggung jawab?" Rina berbicara sambil menahan air matanya. Dia sudah begitu bodoh mempercayakan mahkotanya untuk laki-laki seperti Bendi.
"Maafkan aku" Bendi bersuara 
"Kamu bilang aku bukan perempuan baik-baik, lalu seperti apa baik itu? Apakah meninggalkan seorang perempuan setelah menodainya dikatakan baik? Jika itu definisi baik mu, maka jelas kamu dan ibumu sangat baik." Bukan lagi air mata yang menguasai Rina tapi emosi yang menguasainya. Bisa-bisanya dia percaya pada laki-laki ini dan lebih parahnya lagi mereka sudah berhubungan lebih dari 2 tahun. Rina begitu bodoh.
Rasa bersalah mengguncang Bendi
"Aku hanya tidak ingin menjadi anak durhaka Rina" bela Bendi
"Selamat kamu anak yang patuh. Tinggalkan aku dan jadilah anak yang baik buat ibumu." Sarkas Rina
Rina sudah tidak tahan lagi duduk disitu, dia akhirnya masuk ke kamarnya dan merenungkan semua yang terjadi.
Apakah semua orang di dunia ini berpikir bahwa tolak ukur sebagai wanita 'baik-baik' adalah selaput darah? Lalu bagaimana dengan mereka yang selaput darahnya robek karena kecelakaan? Dan bagaimana dengan mereka yang bodoh menyerahkannya karena sebuah kata bernama cinta? Lalu apakah seorang perempuan akan kehilangan kehormatannya ketika selaput darahnya robek? Rina pikir itu sungguh sebuah pemikiran yang bodoh. Bahkan jika seorang wanita kehilangan selaput darahnya sekalipun tapi dia memiliki hati yang baik dan nilai lebih dalam dirinya maka dia akan tetap menjadi perempuan yang terhormat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEREMPUAN DALAM BELENGGU BUDAYA

Perempuan Tanpa Belenggu