Mahar Gading

 Nevi terduduk didepan pintu ruangan itu, kali ini dia mencoba membujuk ayahnya untuk membantunya menyelesaikan persoalan mahar yang di minta keluarganya. Ujuk tak ada jawaban dari ayahnya, justru perasaan pahit yang harus diterima Nevi. 

"Aku ini seperti barang yang kalian perjualbelikan, serendah itukah aku, Pa? Papa bilang pendidikan untuk ku adalah istana yang Papa bangun untuk masa depanku, lalu mengapa mereka memperkarakan mahar yang justru pada akhirnya membebankan Roni?' ujar Nevi dari depan pintu. Ayahnya tak juga kunjung keluar dari pintu kamar itu, setidaknya memberikan jawaban dari pertanyaan Nevi. Diam, hening. 

Nevi sedang dalam proses untuk mempersiapkan pernikahan dengan pacarnya, Roni. Gadis keturunan Maumere itu akan menikah dengan pria Asal Sulawesi yang tak tahu soal adat istiadat dari daerah perempuan itu, Roni di buat terkejut oleh keluarga besar Nevi yang meminta mahar 10 gading dan uang Rp 300.000.000 belum termasuk dengan hewan ternak dan hasil kebun. Pria itu bahkan baru mengunjungi rumah Nevi di Maumere 2 kali, namun keluarga besar Nevi memasang harga setinggi itu untuk bisa menikahi gadis idamannya. Roni memperdebatkan hal tersebut namun keluarga Nevi malah justru semakin menyulitkannya, solusi yang bisa diambil Roni adalah dengan membicarakannya bersama Nevi untuk membujuk ayahnya dan keluarganya. 

Roni dan Nevi telah berpacaran 5 tahun setelah pertemuan mereka di kota Surabaya. Mereka berkuliah di tempat yang sama, melakukan aktivitas untuk kegiatan yang sama sehingga banyak waktu yang mereka habiskan menumbuhkan perasaan diantara keduanya. Ketika hendak melangkah ke jenjang yang lebih serius Roni mendatangi keluarga Nevi di Maumere untuk meminta restu serta membicarakan persoalan pernikahan. Namun ketika Roni datang untuk kedua kalinya, keluarga Nevi sudah berkumpul dan membebani Roni dengan beban mahar Gading yang pria itu pun tak tahu harus ia dapatkan dari mana. Roni kebingungan, ia tak tahu harus bagaimana selain mendiskusikan bersama Nevi tentang hal ini, mereka berbincang sehingga pada akhirnya Nevi menawarkan diri untuk membujuk kedua orangtuanya. Pada nyatanya Ayah Nevi sebenarnya tak ingin memberikan beban kepada Roni namun karena mereka adalah sebuah keluarga besar dengan adat yang masih kental maka Ayah Nevi menghubungi keluarganya untuk membicarakan terkait Roni yang ingin menyunting anaknya. Ayah Nevi tak tega melihat anaknya yang menangis meratapi nasibnya dan Roni. Roni anak yang baik, pekerja keras dan bertanggung jawab. Hanya saja pria itu tak tahu menahu persoalan adat istiadat di daerah Nevi, sehingga beban mahar Gading yang diberikan keluarga Nevi sangat memberatkan baginya.


Pria itu bekerja di sebuah perusahaan tambang, menjadi kepala operasi pada sebuah proyek pemerintah provinsi yang sebenarnya memberikan keuntungan materil kepada kehidupan Roni. Namun Roni adalah pria modern yang berpikiran kedepan, dia sangat memikirkan masa depannya bersama Nevi sehingga menurutnya beban mahar itu justru akan menyusahkan mereka dikemudian hari, uang mahar yang diminta keluarga Nevi bisa mereka gunakan untuk membangun masa depan. 


Sore itu ketika ayah Nevi sedang duduk menyeruput kopi di beranda rumah, Nevi menemuinya, menanyakan tentang kelanjutan hubungannya dengan Roni. Nevi tahu, ayahnya tak bisa berbuat apa-apa lagi, karena keputusan telah dibuat oleh keluarga besarnya. Ayah Nevi pada akhirnya berkata "pergilah nak, jangan menikah ditanah ini jika itu memberatkan kamu dan Roni. Ayah paham betul apa yang kalian berdua pikirkan, namun jika tak begini kalian akan kesulitan." Nevi kaget mendengar perkataan ayahnya. "Pa, Roni pria yang bertanggung jawab, dia tak mungkin membiarkan aku harus pergi dari keluarga ku dengan cara seperti ini, aku tahu resiko dari apa yang Papa katakan, aku tak ingin meninggalkan Maumere dengan cara seperti ini." Nevi seolah dipaksa untuk memakan buah simalakama. "Katakan pada Roni, apapun itu keputusan ada ditangan kalian, Papa akan mendukung apa pun yang kalian putuskan." 


Nevi menemui Roni, mereka berbincang dengan serius, pada akhirnya mereka memutuskan untuk menyanggupi apa yang menjadi permintaan keluarga Nevi, walau Roni meminta waktu 1 tahun untuk mengusahakan apa yang menjadi permintaan keluarga besar Nevi. 

Akhirnya mereka harus menjalani hubungan jarak jauh karena pekerjaan masing-masing. Nevi berusaha semaksimal mungkin membantu Roni mengumpulkan uang untuk membayar belis gadis itu. Mahar Gading yang dibebankan keluarganya tak membuat pria itu gentar, pria itu malah semakin semangat mencari pundi-pundi untuk memperoleh mahar itu. Dia pada akhirnya mencoba memahami apa yang menjadi pemikiran dari keluarga besar Nevi. 


Makassar, 03 November 2022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEREMPUAN DALAM BELENGGU BUDAYA

KEHORMATAN

Perempuan Tanpa Belenggu